Perbedaan Antara Mereka Yang Soleh dan Kita yang Ber-KTP islam
Bismillah,
Ketika saya mengetikkan huruf
per huruf dalam tulisan ini, kalimat pertama yang muncul di kepala saya
adalah bahwa Saya Bukanlah Seorang Ustadzah Atau Isteri Ustadz. Jika ada
yang bertanya apa kompetensi saya dalam menuliskan tulisan ini maka
akan saya jawab Kompetensi Tidak Terlalu Penting, yang Terpenting Adalah
Keinginan Untuk Mengambil Secuil Hikmah yang Saya Peroleh Dari Secuil
Lembaran Al-Qur’an, Buku, dan Film Islami.
Mungkin akan ada beberapa orang
yang berteriak tidak setuju, setuju, atau acuh tak acuh. Karena tulisan
ini murni subjektifitas dari hikmah yang saya peroleh. Berawal dari
sedikit demi sedikit membaca tafsir Al-qur’an, kemudian membaca buku dan
berdiskusi dengan suami, lalu menonton beberapa Film sejarah Rosululloh
dan Sahabat beliau. Saya mencerna ada banyak – sekali – perbedaan yang
muncul antara kehidupan mereka, yaitu orang-orang shaleh yang dekat
dengan Rosululloh, dan kehidupan – sebagian – kita, yaitu orang-orang
ber KTP Islam yang hidup di zaman modern tanpa Rosululloh. Berikut
adalah perbedaan yang saya ambil dari kehidupan sehari-hari :
Mereka (orang Soleh zaman Rosululloh) :
Ketika Rosululloh berseru “Tiada Tuhan Selain Alloh”, lalu tanpa pikir
panjang, dengan segenap perjuangan mereka meninggalkan dan menghancurkan
patung-patung mereka demi menyembah Alloh yang Esa.
Kita (sebagian orang ber-KTP islam zaman modern) :
“Sesembahan saya tentu saja Gusti Kanjeng Alloh. Tapi nak, tolong di
jaga keris bapak ini ya. Dimandikeun setiap malam jumat. Kamu jangan
lupa puasa dan dzikir pas lagi mandiin keris keramat ini ya. Ini pesen
Bapak kalau Bapak nanti pergi.”
==========
Mereka (orang Soleh zaman Rosululloh) :
Ketika Rosululloh memerintahkan Shalat 5 waktu sepulang Isra’ Mi’raj,
tanpa pikir panjang mereka langsung melaksanakan shalat Subuh, Dzuhur,
Ashar, Maghrib, Isya.
Kita (sebagian orang ber-KTP islam zaman modern) :
“Duh, ngantuk banget nih. Males ah Solat Subuh. Entar aja Dzuhur.”
atau, saking senengnya jalan ke Mall, lupa tiba-tiba sudah larut malam,
bablas deh Ashar dan Maghrib.
==========
Mereka (orang Soleh zaman Rosululloh) :
Ketika Rosululloh membacakan ayat tentang hijab (tutup aurat) untuk
semua perempuan muslim, sekonyong-konyong mereka langsung mengambil kain
apapun yang ada di dekat mereka, entah itu taplak, hordeng, apapun,
untuk mereka jadikan jilbab panjang penutup aurat.
Kita (sebagian orang ber-KTP islam zaman modern) :
“Loh, jilbab kan budaya Arab kali?” –> Kalimat ini cermin perempuan
tajir yang kekurangan uang untuk beli Terjemah Al-Qur’an, tapi mampu
beli dress bermerk di Mall. ATAU “Iya, gue tau kok kita cewe harus pake
jilbab. Tapi gue belum siap guys. Gue jilbab-in hati gue dulu aja lah”
–> Kalimat mayoritas ini adalah kalimat rancu “jilbab-in hati”. Maaf
ya Mbak, hati ente sudah di jilbab-in sama daging jasad alias daging
tubuh, makanya hati ente nggak terlihat kasat mata. Kalau nggak, hati
nya bisa meleber sama darah, jantung, usus, dan lain-lain.
==========
Mereka (orang Soleh zaman Rosululloh) :
Ketika ada tamu datang berkunjung ke rumah keluarga ini, mereka tidak
punya makanan apa-apa kecuali jatah makan untuk anak mereka. Tetapi
karena memuliakan tamu, anak mereka diajak bermain agar lupa dengan rasa
lapar. Ketika tamu itu makan, mereka mematikan lampu dan pura-pura
makan, padahal mereka tidak makan. Tamu pulang dengan senang dan mereka
bahagia dengan pahala mereka.
Kita (sebagian orang ber-KTP islam zaman modern) :
Di dapur si Nyonya ada juice, kopi, teh, sirup, dan susu. Tapi si Bibi
diperintahkan untuk menghidangkan teh manis. Di lemari es si Nyonya ada
daging sapi segar, ikan segar, sayur-mayur, nugget, dan sosis, serta
buah anggur dan kiwi. Tapi si Bibi diperintahkan untuk menghidangkan
secuil buah anggur dan snack ringan seperti biskuit.
==========
Mereka (orang Soleh zaman Rosululloh) :
Ketika Rosululloh membacakan ayat kewajiban puasa di bulan Ramadhan,
maka mereka tanpa protes langsung berpuasa dari fajar sampai maghrib.
Kita (sebagian orang ber-KTP islam zaman modern) :
“Sumpah, gue laper abis. Mana tahan gue puasa? Gue punya maag.” lalu
dia menghampiri restoran atau rumah makan di pinggir jalan. ATAU “Astaga
mulut gue asem banget nggak ngerokok. Rokok dulu ya coy!”
==========
Mereka (orang Soleh zaman Rosululloh) : Seorang pria datang kepada Rosululloh dan mengaku “Binasalah saya ya Rosululloh! Sesungguhnya saya berzina!”
Kita (sebagian orang ber-KTP islam zaman modern) :
“Ssst. Elo jangan bilang-bilang gue sama pacar gue ngapain aja! Awas
loh! Tapi sumpah enak tau coy!” ATAU “Gue dosa ya udah berhubungan suami
isteri sama pacar gue? Terus, gimana dong udah terlanjur? Gue janji deh
nggak bakal aneh-aneh lagi sama dia.” –> Contoh manusia mati rasa
mati akal mati hati mati penglihatan.
==========
Mereka (orang Soleh zaman Rosululloh) :
Ketika para isteri Rosululloh dan perempuan-perempuan muslim mengenakan
pakaian longgar agar tidak menampakkan bentuk tubuh mereka, khawatir
tidak mencium bau surga karena berpakaian tapi telanjang.
Kita (sebagian orang ber-KTP islam zaman modern) :
“Aelah, ini baju longgar banget? Nggak modis abis deh nih baju. Baju
modis tuh yang lagi update kaya bajunya artis-artis Hollywood, agak
ketat biar bagus di badan. Jilbabnya digulung biar modis, jadi nggak
norak kaya anak pesantren jilbabnya dijulurin ke bawah, plis deh!” –>
ciri-ciri perempuan bodoh gila mode yang pakai jilbab tapi seperti
bungkusan lontong isi.
==========
Mereka (orang Soleh zaman Rosululloh) :
Ketika mereka bertemu, maka mereka akan mengucapkan “Assalaamu’alaykum
wahai saudara/i ku” –> salam santun penuh do’a dan persaudaraan
(ukhuwah) islamiyah.
Kita (sebagian orang ber-KTP islam zaman modern) : “Hai Guys! What’s up??” –> meniru gaya negro (Afro-Amerika) yang katanya Gaul Abis.
==========
Mereka (orang Soleh zaman Rosululloh) : Mereka tidak mengenal Riba (bunga hutang) karena haram.
Kita (sebagian orang ber-KTP islam zaman modern) :
“Di era globalisasi ini perdagangan pesat. Tingkat konsumsi meningkat.
Kalau tidak punya kartu kredit? Wah, susah nanti ke mana-mana!”
==========
Mereka (orang Soleh zaman Rosululloh) :
Ketika Rosululloh membacakan ayat haram nya Khamr (Minuman memabukkan),
maka mereka yang lagi kongkow-kongkow dengan arak dan anggur langsung
meninggalkannya seketika.
Kita (sebagian orang ber-KTP islam zaman modern) :
“Aelah sedikit doang nggak akan mungkin mabuk. Yang haram itu kan kalau
sampai mabuk. Kalau loe minum nggak mabuk ya nggak kenapa-kenapa!” ATAU
“Gue tinggal di Eropa dingin abis. Loe mau mati kedinginan tanpa asupan
alkohol yang menghangatkan? Terserah deh silahkan aja!” ATAU “Kenapa
coba ini mesti diharamin? Aneh deh! Kan Alkohol banyak manfaatnya buat
obatin luka atau menghangatkan tubuh” –> Dokter yang bilang alkohol
tidak punya efek buruk adalah dokter yang semasa kuliahnya pakai joki,
jadi buta kesehatan.
==========
Mereka (orang Soleh zaman Rosululloh) :
Ketika mereka ingin melakukan sesuatu amalan, pasti mereka bertanya
kepada Rosululloh atau bertanya kepada Sahabat yang sangat dekat dengan
Rosululloh. Sehingga mereka beribadah, beramal, seperti apa yang
dilakukan Rosululloh.
Kita (sebagian orang ber-KTP islam zaman modern) :
“Ahh.. Muhammad itu kan Rosul. Ya jelas aja baik semua-mua nya. Kita
ini kan cuma orang biasa. Ya nggak akan seratus persen seperti Rosul.
Asalkan ini baik, ya dikerjakan saja lah. Tidak usah berlebihan. Hal-hal
yang wajib saja dikerjakan juga sudah bagus. Yang sunnah kan bisa
dikerjain bisa nggak terserah kita.” –> Ciri-ciri orang tajir yang
kehabisan uang di ATM karena baru membeli gadjet terbaru puluhan juta
jadi tidak bisa membeli terjemah Al-Qur’an dan buku sejarah kenabian,
jadi pura-pura lupa kalau Muhammad shallallohu ‘alayhi wassallam ADALAH
manusia biasa seperti kita, bukan malaikat.
==========
Mereka (orang Soleh zaman Rosululloh) : Mereka tidak berdandan di luar rumah, tetapi di dalam rumah untuk menyenangkan suaminya.
Kita (sebagian orang ber-KTP islam zaman modern) : “Jyaah! Masa loe ke luar nggak pakai bedak dan pewarna bibir? Kusam banget muka loe? Ih, gue mah nggak betah deh begitu!”
==========
Mereka (orang Soleh zaman Rosululloh) :
Ketika para perempuan tahu wewangian yang semerbak itu akan menjadikan
mereka tidak mencium bau surga, jika mereka pakai di luar rumah dan
tercium oleh banyak hidung pria di jalanan sana, mereka tidak memakai
wewangian.
Kita (sebagian orang ber-KTP islam zaman modern) :
“Ya ampun, bisa bau asem nanti badan gue kalau nggak pakai parfum.” Dan
mereka pun bangga membeli parfum-parfum import mahal dan mengenakannya
sehingga wanginya semerbak. Kasihan nggak bisa cium bau surga
notes = "jangan lah kamu bersabar dalam suatu hal yang tidak kamu bisa/mampu, bersabarlah dalam segala hal yang kamu hadapi meskipun kamu harus menangis dan kehilangan sesuatu yang kamu sayangi"