Menumbuhkan Hobi Menulis
Oleh : Efrizar Hartomy
Pada
arti yang sebenarnya, menulis dapat diartikan sebagai proses membuat
coretan—lazimnya disebut tulisan—dengan menggunakan alat tertentu
dengan media tertentu pula. Jadi, sebenarnya menulis adalah aktivitas
yang mudah, bahkan hampir setiap orang bisa dan sering menulis. Ibu
rumah tangga biasa menulis resep masakan atau daftar belanja. Pemilik
warung biasa menulis kas bon pembelinya. Hingga pelajar yang hampir
setiap hari melakukan kegiatan menulis.
Namun,
apabila merujuk pada pengertian yang lebih luas, menulis menjadi
kegiatan yang dianggap sulit. Mengapa? Karena ternyata menulis bukan
sekadar proses menggerakan tangan semata. Disana, terjadi pemaduan ide
(otak), hati, dan tentu motivasi-motivasi lain yang lahir dari proses
tersebut. Tak dapat dipungkiri, menulis kini menjadi tren dan juga
profesi. Melalui hobi, menulis dapat memberikan banyak manfaat, materi
maupun spiritual.
Tulisan
ini tidak hendak mengupas secara dalam manfaat menulis.Namun, kita
tanamkan saja prinsip bahwa menulis mendatangkan banyak manfaat yang
berujung dengan kepuasaan materi maupun spiritual.Oleh karena itu,
motivasi yang dapat saya tumbuhkan adalah percayalah manfaat tersebut!
Setelah mempercayainya, mari mulai menulis.
Banyak
langkah yang dapat ditempuh untuk menjadikan menulis sebagai hobi.
Karena sekali lagi saya tekankan, diawali dengan hobi, motivasi lain
dapat lahir mengiringi hobi tersebut. Secara sederhana, ada beberapa
langkah yang telah saya rangkum dari motivasi para penulis. Setidaknya,
saya padukan dan hasilnya menjadi beberapa langkah yang lumayan jitu
untuk memulai hobi ini.
1. Teguhkan niat
Ya,
niat adalah raja setiap pekerjaan. Pun dengan hobi baru ini. Bagi yang
belum memiliki hobi menulis, yang wajib hukumnya adalah berniat
menjadi penulis (orang yang rajin menulis). Bagi yang sudah hobi
menulis, harus pula berniat menjadi penulis professional. Minimal
berniat konsisten dalam menjalani hobi ini.
2. Banyak membaca
Jangan
dulu takut membaca kata “membaca”. Bagi yang hobi membaca, barang
tentu ini adalah modal yang cukup untuk mengembangkan hobi menulis.Bagi
yang belum hobi membaca, saya ulangi, jangan dulu takut “membaca.”
Saya tentu tidak akan memaksa untuk mau membaca banyak buku. Mulailah
membaca hal yang ringan, seperti koran, buletin jumat, mading, dan
bacaan ringan lainnya.
Karena
tak dapat dipungkiri, apa yang kita baca sangat mempengaruhi kemudahan
mencari ide. Untuk yang mulai melancarkan hobi ini, dengan diawali
membaca koran, setidaknya kita dapat membaca perkembangan berita yang
sedang hangat. Misalnya, pembagian nomor urut calon presiden (politik),
mahasiswa Akper Konawe yang dipaksa mengeluarkan urine dan meminumnya
(pendidikan), kekayaan Aburizal Bakrie yang menurun drastis pada tahun
ini (ekonomi), dan lain sebagainya.
Melalui
bacaan-bacaan sederhana itu, kita dapat melatih daya kritis atau
melahirkan sebuah ide. Bisa saja kita berceloteh, “Kok, istri Prabowo
gak pernah kelihatan di tivi.” Secara tidak langsung, kita mulai
kritis. Dalam langkah berikutnya, saya menyarankan agar celotehan
tersebut segera ditulis dalam sebuah catatan.
Apalagi
kalau kita meningkatkan hobi membaca ini dengan melahap buku yang
lebih serius dengan aneka topik. Maka, ide-ide untuk menulis pun
semakin mudah didapat. Tak kalah penting adalah banyak membaca buku
motivasi atau teknik menulis. Sebetulnya ini hanya bersifat referensial.
Namun, bagi beberapa orang, buku-buku motivasi itu sangat membantu.
Saya merekomendasikan buku “Mengikat Makna Sehari-hari” karya Hernowo.
Buku tersebut dapat menumbuhkan motivasi untuk dapat menulis dan
membaca. Gaya bahasanya ringan dan interaktif membuat buku ini cukup
membantu mengembangkan hobi menulis dan membaca.
3. Miliki buku harian
Setiap
saya ikuti pelatihan menulis, maka saran ini selalu muncul.
Mudah-mudahan pemikiran stereotif tentang buku harian ini juga tidak
berlaku lagi. Karena buku harian tidak lagi urusan perempuan saja, dan
boleh melibatkan laki-laki. Setelah dimiliki, tentu harus segera
ditulis. Apa isinya? Apabila belum terbiasa, bisa dimulai dengan mengisi
beberapa kalimat tentang apa yang kamu rasakan atau alami.
Misalnya,
ketika kamu lihat orang mengantre Bantuan Langsung Tunai (BLT) lalu
banyak nenek-nenek yang jatuh dan terinjak. Bagaimana perasaanmu?
Miris, sedih, kasihan, atau marah dengan pemerintah? Catat dalam buku
harian itu.
Lalu,
apabila sudah membiasakan menulis di catatan harian, tingkatkan
kapasitas menulis. Dari dua kalimat menjadi sepuluh. Dari setengah
lembar hingga tiga lembar. Saya sarankan, tulis hanya satu topik dalam
satu judul. Kemudian, setelah terbiasa, eksplorasi pernyataan kamu
dengan opini kamu sendiri atau membubuhi teori atau pernyataan orang
lain. Misalnya:
Judul :
Susahnya Menulis
Isi :
Duh,
malasnya menulis. Setiap hari kenapa harus menulis? Hari ini banyak
sekali yang harus ditulis. Tiga mata kuliah, semuanya ada tugas yang
harus ditulis tangan. Tapi tak apa-apa lah, saya jadi ingat ungkapan
Ali bin Abi Thalib, “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya.” Dengan
begitu, saya rasa menulis menjadi ringan. Semangat!
4. Catat setiap ide
Hampir
sama dengan apa yang harus dilakukan setelah punya buku harian. Namun,
pada poin ini, hendaknya kamu mencatat pengalaman atau kejadian yang
menarik setiap hari. Apabila buku harian tidak dibawa setiap hari,
masih banyak media lain. Misalnya pergunakan handphone untuk menyimpan catatan kejadian itu.
Ide
itu bisa muncul tiba-tiba atau muncul setelah kita memancingnya dengan
membaca buku atau bacaan terlebih dahulu. Ide yang timbul secara
tiba-tiba mungkin saja hadir saat kita mengikuti perkuliahan di kelas.
Ada teman yang tidur, dosennya yang terus bicara tanpa jeda, atau ada
dosen yang terus mengucapakan kata “sesungguhnya” berulang-ulang.
Hal-hal kecil itu bisa jadi sebuah ide untuk menulis.
Ide
yang timbul setelah membaca, misalnya membaca mading. Di mading akan
ada pertandingan sepakbola antara jurusan A dan B. Kamu jadi teringat,
pada pertandingan yang lalu, jurusan A mengakhirinya dengan ricuh dan
perkelahian. Selain itu, setelah kamu membaca buku filsafat umum, kesan
apa yang kamu peroleh? Segera catat sekarang juga.
5. Ramah teknologi
Poin ini sungguh penting dan sangat memberikan manfaat bagi kita. Kini, dalam dunia cyber,
banyak hal positif yang dapat kita ambil dari pemanfaatan teknologi
internet. Internet menyediakan banyak media untuk menulis dan mencari
ide-ide. Hal pertama yang harus ditanamkan dalam pemanfaatan ini adalah
berprasangka baik terhadap teknologi tersebut. Karena yang
mengkhawatirkan adalah masih adanya streotif negatif tentang internet.
Mengenaskannya, pandangan itu masih dipegang oleh para pelajar dan
mahasiswa.
Pemanfaatan
itu antara lain ditemukan dalam situs jejaring sosial seperti
friendster dan facebook, blog (webblog), forum diskusi, mailing list (milis), dan lain-lain.
Situs
jejaring sosial seperti facebook berpengaruh dalam tradisi menulis dan
mengembangkan ide. Dengan menulis status, terkadang status kita
mengundang reaksi dari teman sehingga timbul semacam diskusi.Alangkah
baiknya, status tersebut diisi pernyataan yang bermanfaat atau bahkan
kontroversi.
Selain
itu, fenomena blog merupakan tren saat ini. Oleh karena itu jangan
sampai kita tertinggal dengan tidak mengenalnya sama sekali. Blog
adalah halaman pribadi kita di internet yang sifatnya seolah-olah online diary.
Buku harian online atau media online yang isinya dapat memuat tulisan,
ide, atau gagasan kita. Karena ada dalam dunia maya, maka jangkauannya
pun global dan mendunia.
Bagi
yang baru memiliki hobi menulis, blog dapat dimanfaatkan dengan hanya
menulis gagasan-gagasan ringan. Blog juga dapat dimanfaatkan sebagai
penyimpan tugas dan makalah kita. Oleh karena itu, jangan biarkan
makalah kita hanya menjadi penggugur kewajiban semata. Jadikan makalah
kita tersebar di dunia maya, karena akan banyak yang membutuhkannya.
Ya, hitung-hitung mengamalkan ilmu.
6. Mulai menulis
Setelah
memulai langkah-langkah ringan di atas, kini saatnya kita melakukan
langkah terakhir, yaitu mulai menulis. Sekali lagi, bagi para pemula
dalam hobi menulis, jangan dianggap langkah ini adalah langkah berat,
apalagi dengan memikirkan teori-teori menulis. Langkah ini adalah
langkah sederhana.
Pada
tahap akhir ini, silakan pilih sifat tulisan yang akan kita tulis.
Fiksi atau non-fiksi. Bersifat fiksi, berarti kita ingin menulis
(semacam) cerpen atau cerita-cerita imajinatif lainnya. Bersifat
non-fiksi, berarti kita hendak menulis (semacam) artikel atau opini.
Pada
tulisan fiksi, dasar pertamanya adalah imajinasi. Hendaknya ide yang
kita temukan diramu dengan gaya imajinasi. Ide yang diperlukan bisa
jadi imajinatif (khayalan) atau berdasarkan fakta (nyata). Coba
pikirkan satu ide sederhana!
Ide
imajinatif biasanya terilhami dari pengalaman atau cita-cita kita.
Misalnya, dulu kita bercita-cita jadi wartawan. Sayang, kita berhasil
masuk jurusan sastra. Reka saja cerita tentang wartawan. Pada langkah
yang sederhana, kita memang tak usah mempelajari sekelumit dunia
wartawan terlebih dahulu. Yang paling penting adalah menulis!
Tulislah
kisah seorang wartawan yang hidupnya penuh tantangan, harus rela
dikirim pimpinannya ke sebuah perang di Israel, sampai ia bertemu
dengan wanita Israel yang ternyata wanita tersebut sangat membenci
negaranya sendiri karena sangat hobi perang dan membunuh. Lalu wanita
itu bergabung dengan gerakan gerilyawan Israel lainnya untuk
menghancurkan negaranya sendiri.
Lain
halnya, dengan tulisan non-fiksi. Ide harus lahir dari fakta. Hal ini
dapat diasah dengan sering membaca koran atau menonton berita. Pertama,
kita hanya perlu menumbuhkan daya kritis. Daya kritis bisa muncul
apabila ada satu hal yang kita tidak setujui.
Misalnya
kita menonton deklarasi salah satu calon presiden yang dilakukan di
tempat pembuangan sampah. Apa yang muncul di benak kita saat
melihatnya? Senang, karena bisa jadi contoh pemimpin teladan dan dekat
dengan rakyat. Ataukah sebaliknya, kita menganggapnya hanya upaya
meraup simpati massa belaka. Kita bisa jadi berpikir, itu cuma
kebohongan publik. Karena bisa jadi kalau sudah jadi pemimpin, ia lupa
dengan rakyat yang tinggal sekita tempat sampah tersebut. Itu terserah
bagi kamu yang mau menulis. Namun, saya sarankan agar selalu tidak
setuju dengan apa yang kita lihat di kehidupan nyata seperti berita di
media. Karena hal tersebut dapat meningkatkan daya kritis kita yang
merupakan salah satu modal untuk menulis tulisan non-fiksi.
Ada
satu langkah tambahan yang cukup membatu, namun sifatnya tidak
individual seperti keenam langkah di atas. Yaitu, bergabung dengan
organisasi kepenulisan atau bahkan membentuk sendiri organisasi
tersebut. Organisasi kepenulisan ini ada yang bersifat di dunia nyata
(seperti Forum Lingkar Pena ‘FLP’) atau di dunia maya (seperti
Penulislepas.Com).
Bagi
yang ingin membetuk organisasi sendiri, jangan dulu khawatir dengan
struktur atau bahkan SDM (ada tidaknya penulis profesional di
dalamnya). Yang penting, adalah ada sekumpulan orang yang berkomitmen
untuk menulis dan berkumpul untuk menggagas ide dan berdiskusi untuk
menumbuhkan ide.
Langkah-langkah
tersebut sesungguhnya hanya langkah sederhana menuju sebuah hobi baru,
yaitu menulis. Tujuan yang ingin diperoleh pun adalah semangat untuk
memiliki hobi tersebut. Karena, seperti saya ungkapkan sebelumnya,
diawali dengan hobi, motivasi lain dapat menyusul. Selain itu, setelah
memiliki hobi ini, tentu masih banyak langkah yang dapat ditempuh untuk
terus mengasah kemampuan menjadi seorang penulis yang professional dan
kreatif. Jadi, selamat menikmati hobi baru!